9 Jul 2015

CERPEN_DO YOU LOVE ME (CHAPTER 1)

Chapter 1

DO YOU LOVE ME?

Hari ini  awan hitam dan kilat sesekali menyambar bumi menghiasi langit kota Bandung. Hari yang sama tepatnya sore, Angga tampak sesekali melihat arlojinya sambil duduk diatas motornya yang dipakirkan di sisi jalan. Dan kemudian tampak menelepon seseorang, oh,sepertinya Angga sedang menunggu seseorang. Setelah terduduk cukup lama, seorang perempuan muncul dari balik pintu yang hanya beberapa meter dari jalan tempat motor Angga. “Lama ya..” kata Monic dengan langkah yang ceria dan senyum yang mengembang dari wajahnya
“Pake nanya lagi, nggak liat kaki gue berakar” Jawab Angga dengan wajah yang yang sama sekali nggak ada manis-manisnya sama perempuan. Ya, memang sudah jadi sifatnya Angga kaya gitu “Tunggu deh, kita nggak naik motor lo kan?” Monic yang tampak melirik ke arah motor ninja dengan jari telunjuknya
“nggak. kita naik becak, ya naik motor lah.. Cepet naik!” kata Angga sambil menyodorkan helm
“yee.. Monic kan cuma nanya kali, sensi amat jadi cowo” Mengambil helm dari tangan Angga dengan wajah cemberut
“Ang, ini gimana cara pakainya. Susah nih” Keluh Monic yang tampak kesulitan dengan tali helmnya
“Ya ampun… pakai helm aja nggak bisa, sini!” Angga menarik tangan Monic yang dari tadi masih berdiri di sisi motor. Raut wajah Monic tiba-tiba menjadi gugup melihat wajah Angga tepat didepannya namun sedikit lebih rendah.
“Orang tinggal dimasukkin doang.  Beres kan?”
Angga kamu tampan juga kalau dilihat-lihat, diluar dari ketidak ramahan lo. Not Bad.

***
Angga memacu motornya lebih kencang saat gerimis mulai menyentuh mereka. Monic tampak ketakutan, namun Ia enggan berpegangan pada Angga.
“Jangan, ngebut-ngebut dong. Nanti nabrak lagi” Pinta Monic mendekatkan wajahnya kedepan dengan volume tinggi dan tanganya menarik kerah baju Angga
“Kecekek ni leher gue, lepasin!”
“Ni juga pegangan”
“Mau pegangan apa mau ngirim gue ke RS, pegangan yang bener dong, mau cepet nyampe nggak?”
“Iya..iya” Dengan ragu tangan Monic memeluk badan Angga.
Angga tersenyum nakal.
***

“Gimana dong, hujannya gede banget. Konsernya kan sebentar lagi” Monic cemberut
“Ya mau gimana lagi, ujannya deres gini. Lo mau basah kuyub?” Kata Angga sembari memakirkan motornya di depan sebuah Caffe
“Terus ngapain kita berhenti di sini?” kata Monic bingung
“Dasar otak udang!, ya nunggu ujan berhentilah. Yuu masuk” Menarik tangan Monic
Dug..Dug..Dug.. apaan sih ini. Ah ngga mungkin. Angga kan temen Monic.

“Kenapa, gak mau masuk?” Tanya Angga melihat Monic menggelengkan kepalanya
“oh, engga ko. Yuk”

Tak lama kemudian mereka duduk di kursi paling pojok dengan 2 gelas cappuchino. Untuk beberapa saat mereka terdiam sembari menikmati minuman mereka kedua mata mereka memandang jalanan yang mulai digenangi air. Sesekali Monic mencuri pandang menatap Angga kemudian dengan cepat melihat ke lain arah.
“Yah, kalo kaya gini mulu. Batal deh nonton konsernya. Mana 30 menit lagi mulai lagi” Monic memulai percakapan yang masih memandang ke arah luar dengan wajah masam.
Angga terdiam dan kemudian melihat wajah Monic yang penuh dengan kekecewaan.
“Lo beneran pengen banget nonton konsernya?” Tanya Angga kemudian
“Pengen bangetlah, Aku udah lama nyisain uang aku buat beli tiket ini. Tapi sayang banget cuacanya nggak mendukung” Jawab Monic
“Ya udah, yu jalan” Ajak Angga yang langsung bergegas beanjak dari duduknya
“Kemana?” Monic bingung
“Kemana lagi? Ke konserlah”
“Tapi kan masih ujan Ngga?”
“Udah tenang aja”

***
“Nih mantol pake!” menyodorkan sebuah mantol kepada Monic
“Terus kamu pake apa?” Tanya Monic
“Udah buruan naik!” Perintah Angga
“Tapi, kamu ngga pa-pa ujan-ujanan? Kalo kaya gini mending nunggu ujannya berhenti aja deh. Daripada kamu sakit nanti aku yang suruh tanggungjawab lagi”
“Gue ngga pa-pa kok, ayo cepet naik, nanti telat lagi”
Dengan terpaksa Monic mengikuti perintah Angga.

***

Di Kampus
“Jin, liat Angga ngga?” Tanya Monic kepada teman Angga
“Mmm… nggak liat” Jawab Ajin
“Bukannya sebentar lagi  Angga ada kelas ya?” Tanya Monic lagi
“Iya, tapi dari tadi sih belum keliatan anaknya. Nggak masuk kali”
“oh, ya udah, Thanks ya”
“ok”

Jangan-jangan Angga sakit lagi gara-gara kemaren kehujanan. Duh, gimana nih. Aku jadi ngrasa bersalah banget . Mana HPnya gak aktif lagi. Kerumahnya aja kali ya..

***
“Angga…Angga…, bukain pintunya dong”  teriak Monic didepan pintu rumah Angga sambil bekali-kali memencet bel. Dan tampaknya tak ada seorang pun di dalam.
Tiba-tiba terdengar suara dari dalam.
“Siapa ya, Mama lagi nggak dirumah?” jawabnya sembari membuka pintu
“Monic? Ngapain kamu ke sini?” Tanya Angga yang bingung mendapati Monic berdiri di depan pintu menenteng sebuah shoping bag.
“Mmmm…” Kalimatnya masih di tata dalam otak sehingga belum bisa terucap dan Monic hanya menyelonong masuk ke rumah.
“Gue nanya, ngapain ke sini?” Tanya Angga lagi
Monic hanya menggerak-gerakan matanya ke kanan dan kiri memikirkan apa yang harus ia ucapkan.
“Duduk sini, anggap aja rumah sendiri” kata Monic tiba-tiba sambil menepuk-nepuk sofa
“Emang ini rumah gue”
“o iya.. , Nih Monic bawain makanan. Buatan sendiri loh,” kata Monic menyodorkan shoping bag yang dibawanya
“wih..ada apa nih. Pasti ada maunya?” tebak Angga
“Nggak ko,”  “Mmm... sebenarnya aku pengin minta maaf, gara-gara kemaren kamu jadi sakit gini” Ungkap Monic tiba-tiba menempelken tangannya kedahi Angga.
Angga membalas sentuhan tangan Monic dengan mengambil tangan Monic dan menempelkannya ke dadanya.
“Bukan disini yang sakit tapi disini” Kata Angga menatap Monic
“Lagi berantem sama Aliya?” Tanya Monic terkejut
“Biasa..”
 “Cerita dong, aku pendengar yang baik ko. Mungkin aja aku bisa bantu” pinta Monic
“Wahh.. keliatannya enak nih.. aku nggak tau kalo kamu bisa masak” kata Angga mengalihkan pembicaraan sembari menyuapkan sesendok nasi goreng yang dibawa Monic.

Aku ngga tau harus seneng atau nggak. Tapi kenapa akhir-akhir ini akau ngrasa beda sama kamu Ngga

“Aliya tadi nyariian kamu dikampus, kayaknya mau ngomong sesuatu deh. Dia ngga kesini?”
“Nggak, udah tiga hari kita berantem dan gak ada komunikasi sama sekali”
“Pasti salah kamu kan? Nggak baik tau berantem lebih dari tiga hari. Buruan baikan” Nasehat Monic mencubit kedua pipi Angga.
“Woyy..sakittt..” Angga mengerang dan membalas mencubit pipi Monic
“Iih sakit…Rasain nih”
Mereka pun saling membalas dengan cubitan dan larut dalam tawa canda mereka. Namun di tengah mereka ada suara yang tak asing masuk mengejutkan mereka. Sontak mereka terdiam karena suara itu, suara Aliya.

“Angga?” Aliya terkejut melihat realita didepan matanya
“Aliya? Ngapain kamu.. Al mau kemana?” Angga bingung melihat reaksi Aliya yang terlihat marah dan langsung pergi tanpa sepatah katapun
“Aliya”


Tunggu Chapter 2nya yaa..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar