DO YOU LOVE ME?
Hari ini awan hitam dan kilat sesekali menyambar bumi
menghiasi langit kota Bandung. Hari yang sama tepatnya sore, Angga tampak
sesekali melihat arlojinya sambil duduk diatas motornya yang dipakirkan di sisi
jalan. Dan kemudian tampak menelepon seseorang, oh,sepertinya Angga sedang
menunggu seseorang. Setelah terduduk cukup lama, seorang perempuan muncul dari
balik pintu yang hanya beberapa meter dari jalan tempat motor Angga. “Lama
ya..” kata Monic dengan langkah yang ceria dan senyum yang mengembang dari
wajahnya
“Pake nanya lagi, nggak liat kaki gue
berakar” Jawab Angga dengan wajah yang yang sama sekali nggak ada manis-manisnya
sama perempuan. Ya, memang sudah jadi sifatnya Angga kaya gitu “Tunggu deh,
kita nggak naik motor lo kan?” Monic yang tampak melirik ke arah motor ninja
dengan jari telunjuknya
“nggak. kita naik becak, ya naik motor
lah.. Cepet naik!” kata Angga sambil menyodorkan helm
“yee.. Monic kan cuma nanya kali,
sensi amat jadi cowo” Mengambil helm dari tangan Angga dengan wajah cemberut
“Ang, ini gimana cara pakainya. Susah
nih” Keluh Monic yang tampak kesulitan dengan tali helmnya
“Ya ampun… pakai helm aja nggak bisa,
sini!” Angga menarik tangan Monic yang dari tadi masih berdiri di sisi motor. Raut
wajah Monic tiba-tiba menjadi gugup melihat wajah Angga tepat didepannya namun
sedikit lebih rendah.
“Orang tinggal dimasukkin doang. Beres kan?”
Angga
kamu tampan juga kalau dilihat-lihat, diluar dari ketidak ramahan lo. Not Bad.
***
Angga memacu motornya lebih kencang
saat gerimis mulai menyentuh mereka. Monic tampak ketakutan, namun Ia enggan
berpegangan pada Angga.
“Jangan, ngebut-ngebut dong. Nanti
nabrak lagi” Pinta Monic mendekatkan wajahnya kedepan dengan volume tinggi dan
tanganya menarik kerah baju Angga
“Kecekek ni leher gue, lepasin!”
“Ni juga pegangan”
“Mau pegangan apa mau ngirim gue ke
RS, pegangan yang bener dong, mau cepet nyampe nggak?”
“Iya..iya” Dengan ragu tangan Monic
memeluk badan Angga.
Angga tersenyum nakal.
***
“Gimana dong, hujannya gede banget.
Konsernya kan sebentar lagi” Monic cemberut
“Ya mau gimana lagi, ujannya deres
gini. Lo mau basah kuyub?” Kata Angga sembari memakirkan motornya di depan
sebuah Caffe
“Terus ngapain kita berhenti di sini?”
kata Monic bingung
“Dasar otak udang!, ya nunggu ujan
berhentilah. Yuu masuk” Menarik tangan Monic
Dug..Dug..Dug..
apaan sih ini. Ah ngga mungkin. Angga kan temen Monic.
“Kenapa, gak mau masuk?” Tanya Angga
melihat Monic menggelengkan kepalanya
“oh, engga ko. Yuk”
Tak lama kemudian mereka duduk di
kursi paling pojok dengan 2 gelas cappuchino. Untuk beberapa saat mereka
terdiam sembari menikmati minuman mereka kedua mata mereka memandang jalanan
yang mulai digenangi air. Sesekali Monic mencuri pandang menatap Angga kemudian
dengan cepat melihat ke lain arah.
“Yah, kalo kaya gini mulu. Batal deh
nonton konsernya. Mana 30 menit lagi mulai lagi” Monic memulai percakapan yang
masih memandang ke arah luar dengan wajah masam.
Angga terdiam dan kemudian melihat
wajah Monic yang penuh dengan kekecewaan.
“Lo beneran pengen banget nonton
konsernya?” Tanya Angga kemudian
“Pengen bangetlah, Aku udah lama
nyisain uang aku buat beli tiket ini. Tapi sayang banget cuacanya nggak
mendukung” Jawab Monic
“Ya udah, yu jalan” Ajak Angga yang
langsung bergegas beanjak dari duduknya
“Kemana?” Monic bingung
“Kemana lagi? Ke konserlah”
“Tapi kan masih ujan Ngga?”
“Udah tenang aja”
***
“Nih mantol pake!” menyodorkan sebuah
mantol kepada Monic
“Terus kamu pake apa?” Tanya Monic
“Udah buruan naik!” Perintah Angga
“Tapi, kamu ngga pa-pa ujan-ujanan? Kalo kaya gini mending nunggu ujannya
berhenti aja deh. Daripada kamu sakit nanti aku yang suruh tanggungjawab lagi”
“Gue ngga pa-pa kok, ayo cepet naik,
nanti telat lagi”
Dengan terpaksa Monic mengikuti
perintah Angga.
***
Di Kampus
“Jin, liat Angga ngga?” Tanya Monic
kepada teman Angga
“Mmm… nggak liat” Jawab Ajin
“Bukannya sebentar lagi Angga ada kelas ya?” Tanya Monic lagi
“Iya, tapi dari tadi sih belum
keliatan anaknya. Nggak masuk kali”
“oh, ya udah, Thanks ya”
“ok”
Jangan-jangan
Angga sakit lagi gara-gara kemaren kehujanan. Duh, gimana nih. Aku jadi ngrasa
bersalah banget . Mana HPnya gak aktif lagi. Kerumahnya aja kali ya..
***
“Angga…Angga…, bukain pintunya dong” teriak Monic didepan pintu rumah Angga sambil
bekali-kali memencet bel. Dan tampaknya tak ada seorang pun di dalam.
Tiba-tiba terdengar suara dari dalam.
“Siapa ya, Mama lagi nggak dirumah?”
jawabnya sembari membuka pintu
“Monic? Ngapain kamu ke sini?” Tanya
Angga yang bingung mendapati Monic berdiri di depan pintu menenteng sebuah
shoping bag.
“Mmmm…” Kalimatnya masih di tata dalam
otak sehingga belum bisa terucap dan Monic hanya menyelonong masuk ke rumah.
“Gue nanya, ngapain ke sini?” Tanya
Angga lagi
Monic hanya menggerak-gerakan matanya
ke kanan dan kiri memikirkan apa yang harus ia ucapkan.
“Duduk sini, anggap aja rumah sendiri”
kata Monic tiba-tiba sambil menepuk-nepuk sofa
“Emang ini rumah gue”
“o iya.. , Nih Monic bawain makanan.
Buatan sendiri loh,” kata Monic menyodorkan shoping bag yang dibawanya
“wih..ada apa nih. Pasti ada maunya?”
tebak Angga
“Nggak ko,” “Mmm... sebenarnya aku pengin minta maaf,
gara-gara kemaren kamu jadi sakit gini” Ungkap Monic tiba-tiba menempelken
tangannya kedahi Angga.
Angga membalas sentuhan tangan Monic
dengan mengambil tangan Monic dan menempelkannya ke dadanya.
“Bukan disini yang sakit tapi disini”
Kata Angga menatap Monic
“Lagi berantem sama Aliya?” Tanya Monic
terkejut
“Biasa..”
“Cerita dong, aku pendengar yang baik ko.
Mungkin aja aku bisa bantu” pinta Monic
“Wahh.. keliatannya enak nih.. aku
nggak tau kalo kamu bisa masak” kata Angga mengalihkan pembicaraan sembari
menyuapkan sesendok nasi goreng yang dibawa Monic.
Aku
ngga tau harus seneng atau nggak. Tapi kenapa akhir-akhir ini akau ngrasa beda
sama kamu Ngga
“Aliya tadi nyariian kamu dikampus,
kayaknya mau ngomong sesuatu deh. Dia ngga kesini?”
“Nggak, udah tiga hari kita berantem
dan gak ada komunikasi sama sekali”
“Pasti salah kamu kan? Nggak baik tau
berantem lebih dari tiga hari. Buruan baikan” Nasehat Monic mencubit kedua pipi
Angga.
“Woyy..sakittt..” Angga mengerang dan
membalas mencubit pipi Monic
“Iih sakit…Rasain nih”
Mereka pun saling membalas dengan
cubitan dan larut dalam tawa canda mereka. Namun di tengah mereka ada suara
yang tak asing masuk mengejutkan mereka. Sontak mereka terdiam karena suara
itu, suara Aliya.
“Angga?” Aliya terkejut melihat
realita didepan matanya
“Aliya? Ngapain kamu.. Al mau kemana?”
Angga bingung melihat reaksi Aliya yang terlihat marah dan langsung pergi tanpa
sepatah katapun
“Aliya”
Tunggu Chapter 2nya yaa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar