Chapter 3
DO YOU LOVE ME?
3 bulan kemudian
Hubungan Angga dan Monic sedikit berbeda
setelah kejadian di bioskop. Monic mulai menjaga jarak dengan Angga. Angga
sudah putus dengan Aliya 1 bulan yang lalu. Monic merasa penyebab putusnya
hubungan mereka adalah dia. Sekarang, Monic lebih sering hang out dengan Panji,
mungkin dengan ini, Ia dapat mengalihkan perhatian dan perasaannya dari Angga.
Tapi, setelah 3 bulan belakangan ini tampaknya belum berhasil. Bahkan Ia hanya
memanfaatkan Panji sebagai tempat pelarian hingga tanpa sadar kalau Panji
menyukainya.
“Mon, nanti sore jadi kan?” Kata Panji dalam
telepon
“Iya, jadi ko” Jawabnya
“Aku jemput ya”
“Ok”
Setelah Monic menutup pembicaraannya dalam
telepon. Tanpa diduga Angga menghubunginya.
“Angkat nggak ya… Angkat ngga yaa…”
Monic pun memutuskan untuk mengangkat
teleponnya
“Hai, lagi ngapain?” Tanya Angga
“Ngga ngapa-ngapain” Jawabnya singkat
“Mon.,” Angga terdiam
“Iya”
“Monic, Lo sengaja ngejauhin gue kaya gini?”
Tanya Angga tiba-tiba
Monic terkejut dengan yang barusan ia dengar
tadi. Monic tidak menjawab. Angga pun melanjutkan perkataannya.
“Mon, Lo nggak harus kaya gini, lo nggak harus
lupain perasaan lo sama gue. Gue mau kita kaya dulu lagi”
Monic masih terdiam.
“Mon.. Monic.. Lo denger kan? Monic?”
Monic pun menutup teleponnya tanpa menjawab
satu katapun.
***
Hah?
Nggak harus lupain perasaan? Apa maksudnya? Apa kamu menyukaiku? Ah nggak
mungkin..
Monic pergi bersama Panji. Sudah sering Monic
diajak nonton oleh Panji. Dan kali ini untuk yang kesekian kalinya.
“Mon, kamu sakit? Dari tadi diem aja” Tanya
Panji saat mereka dalam perjalanan
“ O.. maaf ya, aku lagi kepikiran tugas kuliah
banyak banget” Monic bohong, padahal Ia sedang kepikiran Angga
“Ooh..” Panji kembali melihat jalan
Di Bioskop
“Mon, aku ke toilet dulu ya..” Kata Panji
“Ok”
10 menit kemudian. Panji masih didalam toilet
dan Monic masih menunggunya.
“Panji ko lama banget sih” kata Monic sambil
duduk dikursi tunggu
“Kenapa masih disini, filmnya udah mau mulai
tuh!” Kata seseorang yang tiba-tiba muncul didepannya. Seseorang yang Monic
kenal. YA. Angga ada di hadapannya sekarang. Sontak Monic sangat terkejut.
“Angga?. Kamu..ngapa..” Monic gugup
“Udah ayo masuk. Nih gue udah beli popcorn
plus cola-nya” Perintah Angga
“Tapi, aku lagi sama Panji. Dia lagi ke
toilet” Kata Monic
“Panji? Tadi udah keluar” Kata Angga dengan
santai
“Hah? Angga bohong ya.. Aku telepon Panji
dulu…” Monic terkejut
Monic pun mengambil handphone dari dalam
tasnya. Namun Angga malah mengambilnya dai tangan Monic.
“Angga, ko di ambil si? Sini?” Pinta Monic
“Mon..sebenernya gue yang suruh Panji buat
ngajak loe ke sini. Gue mau ngomong sesuatu sama lo. Tapi gak pernah ada
kesempatan buat gue. Lo selalu menghindar setelah kita ke bioskop beberapa
bulan yang lalu. Please Mon. Untuk kali ini beri gue kesempatan buat ngomong
sama lo” Pinta Angga
Hah?
Apa yang mau dia omongin? Apa dia kangen setelah aku menghindarinya? Angga. Apa
kamu mulai menyukaiku?
Monic hanya membatin hingga tanpa sadar Ia
sudah diseret kedalam bioskop. Angga menggenggam tangan Monic erat-erat.
Didalam bioskop Monic terdiam dan merasa kaku. Angga masih menggenggam
tangannya.
“Angga..”
“Ada apa?”
“Ngga, tapi” Monic melirik ke tangan mereka
Tanpa menjawab Angga pun langsung menyingkirkan
tangannya dari tangan Monic.
***
Usai nonton film Angga mengantarkan Monic
pulang naik motor.
“Nih jaket pakai, di jalan banyak angin” Kata
Angga memberikan jaketnya
“Nggak usah, nggak pa-pa ko” jawab Monic
“Udah, pake aja” Angga pun memakaikan jaketnya
pada Monic dilanjutkan dengan helmnya.
Angga pun bergegas memacu motornya. Belum lama
berkendara rintik-rintik hujan mulai jatuh, tak lama kemudian diikuti hujan
yang cukup deras. Angga pun menepikan motornya di sebuah caffe. Baju Angga
basah kuyup dan terlihat kedinginan karena ia hanya memakai kemeja. Monic
merasa khawatir , Ia segera melepas jaket yang dipakainya dan memberikan jaket
itu pada Angga.
“Nih, kamu kedinginan kan?” Kata Monic
“Nggak ko, uda pake aja” jawab Angga
“Nggak gimana, liat badan kamu menggigil gitu.
Muka kamu juga agak pucat” timpal Monic
Angga tak bisa beralasan lagi. Bibirnya
bergetar. Hari itu memang Angga sedang tidak enak badan. Mereka masih berada
diluar karena caffenya penuh. Monic dengan spontan menggosok-gosokan tangannya
dan menempelkannya ke pipi Angga. Ia berusaha untuk menghangatkan Angga. Saat
Monic sedang menyentuh wajah Angga. Angga memandang Monic, mulai ada
getar-getar aneh yang menjalar dalam hatinya. Angga pun membalas kehangatan
tangan Monic. Ia memegang tangan Monic, kemudian mereka saling menatap.
Tiba-tiba, ada gerakan aneh yang membuat Monic merasa sangat gugup. Angga
memengang pipi Monic dan kemudian perlahan ia mendekati wajah Monic.
[Oh
My.. Angga. Kamu ngapain. Aku harus gimana nih. Angga mau cium aku.]
Jantung Monic berdegub kencang seperti akan
meledak. Monic sedikit memundurkan wajahnya. Wajah Angga semakin dekat dan
dekat. Monic menutup matanya. Dan akhirnya bibir mereka bertemu. Namun, Monic
segera menyudahi adegan menegangkan itu.
“Aku pesen kopi dulu” kata Monic salah tingkah
dan kemudian bergegas masuk ke dalam caffe.
Angga diam dan mulai berpikir seharusnya Ia
tak mencium Monic. Waktunya tidak tepat. Ini sebuah kesalahan.
Didalam Monic tak langsung memesan kopi. Monic
pergi ke toilet. Ia memandang dirinya dalam cermin. Ia memegang bibirnya dan
mengingat kejadian tadi. Ia masih merasakan degub jantungnya. Setelah
menenangkan dirinya. Ia memesan 2 cup Americano. Sebelum ia kembali ke luar,
Monic menarik napas panjang.
Monic menyodorkan kopi diatas meja tanpa
berkata apapun. Untuk beberapa menit mereka berdua terdiam, memikirkan apa yang
harus dikatakan setelah kejadian tadi.
“Monic, gue.. gue minta maaf, ” ungkap Angga
menatap Monic
Monic masih diam. Ia tak berani menatap mata
Angga.
“Ujannya udah berhenti, Monic mau pulang” kata
Monic kemudian tanpa melihat Angga, Ia beranjak dari duduknya menuju motor
Angga.
Di perjalanan pulang. Monic masih diam. Ia
kemudian melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Angga dan kemudian
menyandarkan kepalanya pada punggung Angga. Angga sedikit terkejut, melihat
Monic melalui spion. Ia tersenyum senang. Pertemuan bibir tadi tak pernah Monic
bayangkan akan terjadi saat itu. Ia masih memikirkannya hingga ia tak bisa
tidur.
Ikuti kisah selanjutnya ya.. setelah Lebaran…